Infark Miokard
Akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. (Aesculapius,
2000)
Terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk terkena AMI, yaitu
faktor resiko yang bisa dimodifikasi dan tidak bisa dimodifikasi:
A. Fakor resiko yang dapat
dimodifikasi:
1)
Merokok. Peran rokok dalam
penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan aterosklerosis;
peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu
aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari
bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok,
2)
Konsumsi Alkohol. Meskipun ada dasar
teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia
bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan
meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih
controversial.
3)
Hipertensi Sistemik. Ini menyebabkan
meningkatnya after load yang secara
tidak langsung akan meninggikan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan
memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after load yang pada akhirnya
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
4)
Penyakit Diabetes. Resiko terjadinya
penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih tinggi
dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas
metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis
(peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis). (Boston,
2006)
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi:
1) Usia. Resiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya
setelah menopause).
2) Jenis Kelamin. Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua
kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen
endogen yang bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK
meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki pada wanita setelah
masa menopause.
3) Riwayat Keluarga.Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelum usia
70 tahun merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK. (Boston, 2006)
Diagnosis
Pada
EKG terdapat elevasi
segmen ST diikuti dengan perubahan sampai inversi gelombang T. Kemudian
muncul peningkatan
gelombang Q minimal dua sadapan. Peningkatan kadar enzim
atau isoenzim merupakan indicator spesifik infark miokard akut yaitu keratin fosfokinase, SGOT, laktat dehidrogenase.
Tetapi enzim ini tidak spesifik karena dapat disebabkan oleh penyakit lain,
seperti penyakit muscular, hipotiroid, dan strok.
Reaksi
nonspesifik berupa leukositosis polimorfonuklear (PMN) mencapai 12.000-15.000
dalam beberapa jam dan bertahan 3-7 hari. Peningkatan LED terjadi lebih
lambat, mencapai puncaknya dalam satu minggu, dan dapat bertahan 1-2 minggu
Pemeriksaan Radiologi berguna bila dtemukan adanya
bendungan paru (gagal jantung) atau kardiomegali. Dengan ekokardiografi 2 dimensi
dapat ditentukan daerah luas infark miokard akut fungsi pompa jantung serta
komplikasi. (Sjamsuhidayat, 2004)
Manisfestasi Klinis
Nyeri dada serupa dengan angina
tetapi lebih intensif dan menetap (lebih dari 30 menit), tidak sepenuhnya
menghilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin sering disertai
nausea, berkeringat, dan sangat menakutkan pasien. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan muka pucat, takikardi, dan bunyi jantung III (bila disertai gagal
jantung kongestif). Distensi vena
jugularis umumnya terdapat pada infark ventrikel kanan.(Guyton, 2006)
Pemeriksaan Fisik
a) Tampilan Umum.
Pasien tampak pucat,
berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan. Pasien juga
tampak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam
pasca infark,
b) Denyut Nadi dan Tekanan
Darah
Sinus
takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat
dengan pemberian analgesic yang adekuat. Denyut jantung yang rendah
mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi
dari infark. Peningkatan TD moderat merupakan akibat dari pelepasan
kotekolamin. Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan
akibat dari aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan,
atau tanda dari syok kardiogenik,
c)
Pemeriksaan jantung
Terdangar bunyi jantung S4 dan
S3. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau
lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom Dressler,
d) Pemeriksaan paru.
Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun
mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema
paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark luas, biasanya anterior. (Zimetbaum,
2003)
Penatalaksanaan
1) Istirahat total, 2) Diet makanan
lunak atau saring serta rendah garam (bila ada gagal jantung), 3) Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapn
pemberian obat intravena.(Aesculapius, 2000)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang bisa muncul diantaranya dengan ketidakefektifan pola nafas (Hiperventilasi) dan penurunan
cardiac out put, Gangguan stroke
volume (preload, afterload, kontraktilitas). (Aesculapius, 2000)
Daftar pustaka
Zimetbaum, P. J , M.D. 2003. Use
of the Electrocardiogram in Acute Myocardial Infarction.nejm, 348:933-40
Boston, MA. 2006.Environ Health Perspect. bmj, 115:53-57
Aesculapius, M. 2000.Infark
miokard Akut. Kapita Selekta Kedokteran.
437-440
Guyton, A. C,M.D. 2002. Fisiology Kedokteran. EGC. 335-336
Sjamsuhidayat, R, Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed:2. EGC. 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar